Pangandaran sudah menjadi kabupaten sendiri sejak tahun 2012. Kabupaten ini benar-benar menjadi pembatas antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sebelah timur wilayah Pangandaran sudah berbatasan dengan Cilacap yang notabene sudah masuk daerah Jawa Tengah. Kebayangkan bagi kalian yang di jabodetabek jauhnya Pangandaran seperti apa? Dari Kota Bogor, gue dan tim menempuh perjalanan kurang lebih 10 jam. Itu sudah ditambah istirahat makan (sarapan dan makan siang). Saat berangkat, kami tidak melalui jalan tol. Kami melewati Puncak-Bandung-Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Pangandaran. Jalanan menuju Pangandaran sudah bagus dan bisa dilalui oleh bus besar. Jika naik kendaraan umum, bisa naik bus budiman dari depok dengan harga 90k.
|
Langit senja Pangandaran |
Jika kalian searching di google, pasti banyak wisata seru yang ditawarkan guide-guide Pangandaran. Disini gue mau membeberkan wisata yang bukan mainstream, yaitu wilayah Pantai Pangandaran (Pantai Barat sampai Pantai Timur).
1. Kuliner
Berkunjunglah ke daerah Pantai Timur di samping pelelangan ikan. Ada warung makan Alba. Teteh Nur yang memiliki warung makan ini dan sekaligus menjadi koki. Makanan yang dijual bermacam-macam, namun yang paling diutamakan yaitu seafoodnya. Home made banget rasa masakannya. Pagi-pagi biasanya disediain nasi goreng, mie goreng, atau mie rebus. Siang biasanya teteh sudah masak masakan rumah. Sayur labu, terong balado, pare, kerang, ayam goreng, ikan goreng, gulai ikan, tahu, dan tempe. Untuk malam hari, biasanya baru dimasak saat sudah dipesan. Bisa bilang dulu dari siang mau makan apa untuk makan malam. Udang, cumi, dan ikan sangat dianjurkan karena kesegarannya masih terasa. Apalagi ditambah bumbu masakan Teh Nur yang nggak ada tandingannya. Mungkin banyak restoran di Pangandaran yang lengkap menyediakan berbagai jenis hasil laut, namun masakan Teh Nur yang home made yang mengalahkan masakan-masakan restoran itu!
|
Teh Nur, kami, dan masakan lezatnya |
Baru dateng udah oleh-oleh aja ya? Hahaha. Tapi kalau lo emang niat buat membelikan oleh-oleh pasti udah lihat-lihat (walaupun sekilas) dari hari pertama. Di Pangandaran, banyak sekali yang jual jambal roti. Pas gue tanya, memang itu lah oleh-oleh khas Pangandaran. Apa sih jambal roti itu? Jambal roti adalah ikan manyung yang dibelah dua memanjang dan diasinkan. Harganya bervariasi, dari 75k sampai 120k per kilo. Ada harga ada kualitas. Gue udah nemuin toko jambal roti yang bagus, yaitu di wilayah Pantai Timur, seberang pelelangan ikan, di depan pohon ketapang. Tokonya bercat pink dan di pojok rumah. Pemiliknya sudah tinggal di Pangandaran dari tahun 1970. Namanya Ibu Imas. Beliau menjual jambal roti yang bagus dan sumber ikan hanya berasal dari pelelangan ikan. Banyak toko lain yang mengambil ikan dari Cilacap, sehingga ikan sudah tidak segar lagi. Jambal Roti Ibu Imas tidak perlu dimasukkan ke kulkas dan tahan 1 bulan. Tidak perlu dimasukkan ke kulkas karena akan keras jika dimasak nanti. Hati-hati juga jika mau membeli karena menurut beliau, banyak penjual jambal roti lain yang menggunakan pengawet seperti formalin. Punya Bu Imas sudah diuji Dinas Perindustrian jadi menurut beliau tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Pegang saja ikannya, jika empuk dan dihampiri lalat, maka jambal roti tersebut tidak memakai bahan pengawet buatan.
|
Suasana pelelangan ikan |
|
Udang yang dilelang |
|
Tawar menawar harga |
|
Ikan Manyung yang biasa menjadi bahan dasar jambal roti |
Jika kamu pernah mendengar berita peledakan kapal di Pangandaran, di sini lah lokasi peledakan tersebut terjadi. Kapal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung Pantai Pasir Putih. Selain keberadaan kapal ini, pasir yang benar-benar putih memang sangat memanjakan mata. Sayang, banyak karang rusak yang sampai ke tepi pantai. Jika lo bermain air di tepi pantai, kaki lo akan menginjak karang-karang (dan itu sakit). Ombaknya pun membawa karang-karang yang rusak (jadi kaki atau badan lo juga akan terhempas karang).
Di sini lo bisa snorkeling (kalo lagi nggak surut, karena bisa surut sampai kapal karam tadi). Di sediain juga jasa penyewaan alat snorkeling, pelampung, kamera go pro, dan tikar (bagi yang cuma mau duduk di pinggir pantai). Kemarin gue cuma nyewa pelampung, harganya 15k dan dipinjami tikar gratis. Banyak juga jasa tattoo temporary di sini. Jangan kaget juga ada rusa dan monyet. Hati-hati dengan bawaan kalian. Monyet sangat tertarik dengan kantong kresek dan minuman berwarna. Bisa-bisa bawaan lo dicuri dan nggak akan kembali lagi.
Snorkeling di daerah Pantai Pasir Putih merupakan pengalaman
tersendiri. Walaupun cahaya matahari cukup terik, pemandangan bawah laut kurang
begitu jelas terlihat. Terumbu karang di sini besar dan melebar. Cukup banyak
berbagai jenis ikan terlihat jika mata lo cukup jeli. Sayangnya, snorkeling di
sini sangat riweh. Pada dasarnya, pantai ini memang pantai selatan jadi ombaknya memang sudah besar. Banyak perahu membawa penumpang dari Pantai Timur lalu
lalang dan membunyikan pluit. Perahu yang lalu lalang membuat laut semakin
bergelombang. Belum lagi terdengar dentuman pintu kapal yang pernah diledakkan
itu. Setiap ombak datang, pintu kapal akan menutup kencang sehingga menyebabkan
dentuman hebat.
3. Cagar Alam Pangandaran
Biaya masuk 21k sudah termasuk asuransi. Kalau lo ke Pantai Pasir Putih lewat jalur laut, lo nggak akan mendapatkan asuransi. Jika dari Pantai Pasir Putih ingin masuk ke Cagar Alam, akan ada penjaga yang akan menagih tiket. Selain itu, terdapat dua pintu untuk masuk Cagar Alam Pangandaran, yaitu pintu timur (wilayah Pantai Timur) dan pintu barat (wilayah Pantai Barat). Pengunjung lebih ramai melewati pintu barat.
|
Depan tugu cagar alam di pintu timur |
Terdapat beberapa jenis hewan yang hidup di dalam cagar alam ini. Beberapa diantaranya yaitu rusa, monyet, lutung, burung merak, dan burung rangkong. Rusa, monyet, dan merak sudah terhabituasi oleh manusia. Walaupun sudah ada peraturan dilarang memberi makan hewan di cagar alam, tidak sedikit pengunjung yang usil dan tetap memberi makan. Hal ini membuat hewan (terutama monyet) mengenali makanan manusia dan lebih mengincar makanan manusia daripada pakan alaminya. Diharapkan juga kepada pengunjung untuk tidak membawa kantong kresek dan minuman berwarna di luar tas, karena akan menarik perhatian monyet.
|
Jalur pejalan kaki |
|
Jembatan menuju Pantai Pasit Putih |
|
Rusa (biasa disebut uncal) |
|
Monyet ekor panjang |
|
Merak (di luar kawasan cagar alam) |
|
Lutung |
Uniknya, hewan-hewan ini sudah biasa berjalan-jalan di luar kawasan cagar alam. Kebiasaan masing-masing hewan berbeda. Lutung akan pergi keluar cagar alam dan mencari makan di pohon-pohon saja, karena memang lutung arboreal (hidup di pohon). Lutung tidak mengganggu penduduk sekitar. Burung merak berjalan-jalan keluar cagar alam tetapi selama gue di Pangandaran, jarang terlihat merak mencari makan. Uncal, sebutan untuk rusa oleh penduduk, cukup banyak berada di luar kawasan cagar alam. Mereka memakan tanaman hias penduduk sampai mengobrak-abrik tempat sampah. Uncal cukup menganggu penduduk. Tetapi tidak jarang pedagang sayur atau warung makan yang memberikan sayur sisa kepada uncal-uncal ini. Terakhir, monyet. Mereka cukup meresahkan penduduk terutama penduduk wilayah Pantai Barat. Apalagi pemilik warung kerap kali waspada akan kehadiran monyet. Monyet sering mengambil minuman sachet, minuman berwarna kemasan botol, kacang, sampai bahan-bahan dapur.
|
Seluruh tempat sampah di kawasan Pangandaran (di dalam maupun di luar cagar alam) sederhana seperti ini |
-Situs Batu Kalde
Masih di dalam kawasan cagar alam. Konon, situs ini merupakan peninggalan Kerajaan Pananjung yang dulu berjaya di kawasan Pangandaran. Batu Kalde yaitu simbol sapi karena dulu kerajaan tersebut merupakan kerajaan hindu. Kalde sendiri artinya kijang, karena pada awalnya penduduk mengira batu tersebut berbentuk kijang. Selain itu terdapat dua makam simbolis dari pendiri Islam pertama di Pangandaran. Terdapat juga sisa reruntuhan singgasana raja.
|
Batu Kalde dan Arca Lingga |
|
Arca Yoni |
|
2 Makam simbolis penyebar Islam pertama di Pangandaran |
|
Singgasana Kerajaan Pananjung |
Goa Jepang di cagar alam ini cukup tersebar luas. Ada yang digunakan sebagai persembunyian (di dekat pintu barat), pengintaian (di dekat Pantai Pasir Putih), sampai tempat penyimpanan senjata. Sayangnya pihak-pihak tidak bertanggung jawab meninggalkan coretan - coretan perusak.
4. Sunrise dan sunset sekaligus!
Karena bentuk daratan yang strategis, lo bisa lihat sunrise sekaligus sunset di Pangandaran ini. Bisa dibilang dalam waktu maksimal 30 menit, lo bisa membelah Pulau Jawa dari timur ke barat atau sebaliknya. Asik kan?
Pantai Barat tempat yang tepat buat lo nunggu sunrise. Di pantai ini lebih banyak pengunjungnya karena wisatawan bisa berenang dan body surfing disini. Dataran pasir yang menghampar luas membuat pantai ini sering dijadikan tempat keluarga atau kantor mengadakan gathering. Jangan tanya ramainya seperti apa saat weekend. Pengunjung yang sering ke Pangandaran yaitu pengunjung dari Bandung. Mereka biasa touring dan pulang pergi tanpa harus menginap.
Bagi lo yang suka main sepeda-sepedaan, mau nyewa motor trail buat nyetir di atas pasir, disini banyak banget penyewaannya. Apalagi hari Sabtu, jalanan akan macet dengan sepeda-sepedaan. Pantai akan ramai dengan pengendara motor trail. Ada juga penyewaan sepeda tandem. Oh iya sepeda yang sudah dimodif seperti mobil ini memiliki fasilitas full music. Rame deh!
5. Bulak Laut markas bule
Mana sih bule?! Kok jarang lihat bule ya. Mereka main di pantai mana? Hahaha. Kalian tahu lah bule menginginkan tempat yang sepi. Bulak Laut lah tempatnya. Lokasinya dekat terminal, masih sepanjang Pantai Barat. Di sini ombaknya besar, jadi para bule bisa surfing. Beberapa kali ada pengunjung lokal yang terbawa ombak dan tidak bisa menepi. Surfer lokal Pangandaran dengan sigap selalu menyelamatkan mereka. Disini juga banyak ditemukan yuyutuk. Yuyutuk adalah kepiting-kepiting kecil. Beragam bentuknya. Tapi agak sulit menangkapnya karena mereka berada di dalam pasir. Makanan cafe disini juga tidak mahal. Harga kelapa mudanya sama seperti di Pantai Timur yaitu 10k.
Jadi siapa yang mau menambah pengalaman indahnya di Pantai Pangandaran?