Sikka merupakan salah satu
kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama “Sikka” ini diambil dari sebuah
desa kecil dekat Kecamatan Lela, Desa Sikka. Mengapa?
Desa Sikka terletak di
daerah selatan Kabupaten Sikka. Desa Sikka memiliki sebuah gereja bersejarah,
Gereja Tua Sikka. Tua karena gereja ini sudah berdiri lebih dari satu abad, dan
masih berdiri kokoh sampai sekarang. Gereja ini didirikan pada tahun 1899 oleh
Pastor asal Portugis, Y. Engbers, beserta Raja Sikka,
Yoseph Mbako II Ximenes da Silva.
|
Pelataran gereja |
|
Gereja Tua Sikka |
Ciri khas abad XVIII-XIX
terlihat jelas jika memasuki gereja tua ini. Begitu masuk, kita akan disambut
dengan patung di sisi kiri dan kanan. Di sisi kiri, merupakan patung Menino Yesus (Yesus kecil). Di sisi kanan merupakan patung Pastur
yang memegang Al-Kitab. Di bawah patung Pastur ini terdapat air berkat. Patung-patung
ini terbuat dari gading dan dibawa oleh Don Alexius Ximenes da Silva dari
Malaka. Di dalam Gereja tua Sikka jika kita mengarah ke kiri dari pintu masuk,
kita akan menemukan prasasti bertuliskan nama pastor Le Cocq D’Armandville Sj.
Beliau adalah misionaris asal Portugis, perintis Gereja Tua Sikka ini. Di ujung
gereja terdapat panggung, seperti gereja pada umumnya. Langit-langit gereja ini
ditopang dengan posisi penyangga yang unik. Cukup banyak bangku yang tersedia
disini, sehingga cukup untuk menampung banyak orang. Jika ada wisatawan yang
ingin masuk, dikenakan biaya sumbangan di bawah patung Pastur tadi. Biayanya
berapa saja, dan jangan lupa untuk isi buku tamu.
|
Patung Menino Yesus |
|
Patung Pastur |
|
Prasasti perintis gereja |
|
Panggung gereja |
|
Lorong gereja, dilihat dari depan pintu |
|
Langit-langit unik |
Gereja ini memiliki lapangan
yang cukup luas. Di samping gereja terdapat pemakaman umum. Penduduk di desa
ini memiliki darah portugis. Dapat dilihat dari suku mereka, salah satunya da
Silva. Mata pencaharian mereka yaitu nelayan, karena desa ini benar-benar di
sisi pantai. Selain itu, para wanita di desa ini juga menenun.
Kalian bisa melihat proses
pembuatan tenun di belakang lokasi Gereja Tua Sikka dengan harga Rp 150.000.
Dapat juga membeli kain tenun dengan harga mulai dari Rp. 600.000. Ada harga,
ada kualitas. Kain tenun yang lebih murah, dibuat dari pewarna toko dan benang
yang sudah jadi. Kain tenun yang lebih mahal, dibuat dari pewarna alami, dan
benangnya benar-benar dibuat sendiri dari kapas. Pewarna alami yang dipakai
yaitu daun nila (warna biru) dan akar mengkudu (warna merah). Jika tidak
sanggup membeli kain, tersedia juga syal tenun, yang harganya jauh lebih murah.
Syal tenun dengan pewarna alami dapat diperoleh dengan harga Rp 200.000. Karena
daerah ini sudah menjadi tempat wisata, harganya memang sedikit lebih mahal
dibandingkan jika kita membeli di desa pembuat tenun lainnya. Terdapat juga
penjual gelang dari kerang namun Ibu ini menjualnya cukup mahal yaitu Rp 15.000
untuk satu gelang.
|
Syal tenun Sikka |
Di dekat tempat proses
pembuatan tenun, terdapat bekas peninggalan Kerajaan Sikka. Sayangnya, tidak terawat,
banyak atap yang bocor dan papan kayu yang tanggal. Dari sini, kita dapat
melihat pantai dengan pasir hitam dan laut biru yang indah. Namun, tidak ada
apa-apa di dalam ruangan bekas kerajaan ini, karena benda-benda pusaka
peninggalan Raja Sikka sudah dipegang masing-masing oleh keturunannya. Alangkah
baiknya jika pemerintah membuat replikanya sehingga para wisatawan dapat
melihatnya juga. Bekas kerajaan ini juga perlu pemugaran kembali agar bisa
menjadi objek wisata yang semakin menarik. Di depan bekas kerajaan ini,
terdapat 3 makam yang merupakan makam Raja Sikka.
|
Bekas Kerajaan Sikka |
|
Pantai Desa Sikka |
|
Pasir hitam Sikka |
|
Makam Raja Sikka |
Baru pertama kali dengar tentang gereja ini, dan memang sekarang ini saya sedang tertarik mengenai Flores dan wilayah bagian timur Indonesia.
ReplyDeleteSemoga suatu saat bisa berkunjung ke Flores :)
tyasputri.com
memang masih belum banyak yang mengetahui situs-situs bersejarah di Flores, padahal jika digali-gali banyak sekali hal yang menarik disini :)
Delete